Si Dua Lapis Panonggor

Nantoari (16 Des 2008), hanami melayani sada oppung br Purba, umut 88 tahun. Oppung on boi mengidah makhluk halus, anggo i huta igoran ma si dua lapis panonggor. Gati do gan, anggo mulak hun partonggoan borngin, i suruh soh lobei hasoman ni, ase lewat “sidea” makhluk halus ai.

Bani akhir pelayanan, timbul ma rasa ingin tahu-ku, husukkun ma oppung on, “Marbeda do i idah ham halak halus ai pakon hita on?”
Jawabni oppung ai : “Anggo sidea, lang ongga huidah naheini.”

Bahatdo pattangan ni oppung on, antara lain, lang boi mangan bani na mateian, janah dong do panjaga badanni. Selama on memang ‘terjaga do’ badanni, janah lang dong na mangganggu kelaurgani secara fisik.

Namun belakangan on, gati ma ia bulinsah, halani gati ma “mahluk halus’ roh hubani, janah igotiki (dicubiti) ma ia. Taridah do ai bani tangan ni na marsalaon (membiru). Lang pitah ai, bani keluargani sidea pe sabotulni dong do taridah ai, aima 2 anakni naboru lang marniombah, ekonomi anak-anak susah, pakon nalegan.

Jadi marhitei piga-piga kawanni i parari kamisan, ikontak sidea ma hanami, ase boi manghubungi pandita untuk pelepasan ‘ilmu’ atap pe ‘kuasa gelap’.

Syukurlah, satu jiwa bisa diselamatkan.

Keluaran 18:
9-12 “Apabila engkau sudah masuk ke negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau belajar berlaku sesuai dengan kekejian yang dilakukan bangsa-bangsa itu.
18:10 Di antaramu janganlah didapati seorang pun yang mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir,
18:11 seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati.
18:12 Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu.

Berdiam Diri di Hadapan Tuhan

Mat 5:39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
 
Saya merenungkan firman ini dengan berkata dalam hati “Tuhan, mengapakah saya tidak bisa melawan, sementara saya sudah dihina dan ditindas? Apakah Tuhan tega melihat saya anakMu ini diperlakukan tidak adil ?” Mungkin anda pun ada yang setuju dengan saya.
 
Menampar pipi kanan (manompas bohi) adalah merupakan penghinaan bagi yang menerimanya. Bukan karena sakit secara fisik, tetapi lebih karena makna / dampak psikologis. Bahkan juga pada adat istiadat Jahudi, pada Jaman Yesus, menampar pipi ini adalah lebih ditekankan pada penghinaan daripada kekerasan fisik.
 
Yesus mengatakan supaya kita tidak melawan. Apakah artinya? Ketika kita tidak melawan itu berarti kita berdiam diri di hadapan Tuhan, dan membiarkan Tuhan mengambil alih pembalasan. Dengan berdiam diri, berarti kita memberi kesempatan kepada Tuhan untuk bekerja.
 

Continue reading “Berdiam Diri di Hadapan Tuhan” »

Jalan keluar dari Dosa

Bacaan : Mazmur 51 : 9-15

Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! Sembunyikanlah wajah-Mu terhadap dosaku, hapuskanlah segala kesalahanku! Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu

Ketika nabi Natan mengingatkan Daud akan dosa yang sudah dibuatnya, sehingga ia dapat menguasai Istri Uria, maka yang dilakukan Daud adalah merendahkan hati dan sujud di hadapan Tuhan. Ia tidak mengeraskan hatinya. Ia sudah merasakan bagaimana dosa itu telah mengambil sukacita dan kegirangan dari padanya bahkan membuat tulang-tulangnya remuk.

Dari nats diatas dapat kita lihat 3 hal yaitu :

  1. Ketika kita terlanjur berbuat dosa, maka jalan satu-satunya untuk keluar dari dosa adalah mengakuinya di hadapan Tuhan Yesus dan mohon pengampunan.
  2. Stop melakukan dosa. Jangan mengulangi lagi. Inilah artinya bertobat dari dosa, supaya kita benar-benar mengalami pengampunan dan pembaruan.
  3. Komitmen untuk melayani. Ketika kita sudah mengalami pengampunan dari Kristus, maka kita juga harus melayani, dengan mengingatkan orang lain yang, supaya mereka juga berbalik kepada Tuhan.

Bagaimana dengan anda, apakah masih ada dosa yang anda ‘pertahankan’ ? Upah dosa adalah maut (Rom 3:23). Jangan keraskan hatimu, datang kepada Yesus, akui dan minta ampun.  Hanya itu!

Okultisme

Kel. 20 : 3-6  (2 Musa 20: 3-6), Ulangan 18 : 9-14 (5 Musa 18 : 9 -14), Ulangan 8 : 15 (5 Musa 8 : 15), Mat 4 : 10, Mar 6 : 7, Mar 16 : 17

Definisi Okultisme :

 

  • Occult = gaib, gelap, tersembunyi, tidak tampak oleh mata, misterius
  • Ajaran yang mempercayai adanya kekuatan gaib yang tersembunyi dalam benda-benda atau roh/arwah
  • Kuasa yang bekerja melalui praktek atau cara-cara okultisme berasal dari Iblis dan bersifat jahat. Sebagian besar manusia terjebak di dalamnya, terperdaya karena tidak menyadarinya, karena biasanya dikemas sehingga kelihatannya sebagai sesuatu yang sangat didambakan manusia.

Pintu Masuk

  • 1. Dalam kandungan, ibu minum dan makan makanan dari dukun
  • 2. Saat anak lahir, pemberian nama dengan mandi air yang sudah di manterai
  • 3. Saat anak mulai besar, dengan menggantungkan jimat-jimat di leher atau dipergelangan tangan supaya selamat-selamat
  • 4. Saat anak mulai sekolah
  • 5. Saat dewasa, untuk mencari jodoh dan pekerjaan
  • 6. Saat berumah tangga, upacara ritual
  • 7. Dalam perjuangan hidup untuk jabatan, usaha agar atasan berbelas kasihan
  • 8. Saat meninggal, menaruh garam dalam peti mati

Continue reading “Okultisme” »

Kode Etik Pendeta

Pembukaan:

Sebagai pelayan Yesus Kristus, yang dipanggil Allah untuk mewartakan Injil dan beroleh karunia Roh Kudus untuk menggembalakan gereja, saya membaktikan diri untuk menunaikan pelayanan saya sesuai dengan pedoman etis dan prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam kode etik ini, supaya pelayanan saya diperkenan di hadapan Tuhan, dan apa yang saya kerjakan menjadi keuntungan bagi persekutuan Kristiani, dan hidupku menjadi saksi bagi dunia.

Tanggungjawab kepada diri sendiri:

  1. Saya akan menjaga kesehatan phisik dan emosi melalui latihan teratur, kebiasaan makan yang sehat, dan pemeliharaan jasmani yang semestinya.
  2. Saya akan merawat kehidupan ibadah saya melalui waktu doa yang tetap, membaca Kitab Suci, dan meditasi.
  3. Saya akan terus membangun intelektualitas melalui belajar pribadi, banyak membaca, dan menghadiri seminar pembinaan.
  4. Saya akan mengatur waktu saya sebaik-baiknya dengan keseimbangan waktu antara kewajiban pribadi, pekerjaan gereja, dan tanggungjawab keluarga, dan dengan memperhatikan waktu istirahat mingguan dan cuti tahunan.
  5. Saya akan berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam keuangan saya, dengan membayar semua hutang tepat waktu, tidak pernah mencari pemberian atau perlakuan yang istimewa, memberi dengan murah hati untuk kepentingan yang utama, dan hidup dengan gaya hidup Kristiani.
  6. Saya akan berlaku benar dalam perkataan, tidak pernah mem-plagiat pekerjaan orang lain, membesar-besarkan fakta, menyalahgunakan pengalaman pribadi, atau meneruskan gosip.
  7. Saya akan mengupayakan sebagaimana Kristus bersikap dan berlaku kepada semua orang tanpa menilai ras, kelas sosial, kepercayaan agama, atau posisi yang berpengaruh baik di gereja maupun masyarakat.

Continue reading “Kode Etik Pendeta” »

RSS
Follow by Email
Facebook
Twitter
Visit Us
Follow Me
INSTAGRAM