Mencegah Pikun Sejak Dini

Oleh : Arihta Pandia, S.Si, Apt.
Sumber : Harian Analisa

SEBAGAIMANA organ tubuh yang lain, maka otak manusia juga mengalami penurunan fungsi seiring bertambahnya usia.

Akibat dari penurunan fungsi otak salah satunya adalah timbulnya gangguan daya ingat atau intelegensia yang dalam bahasa medis disebut demensia atau yang biasa kita kenal dengan istilah pikun. Untuk mereka yang sudah memasuki usia tua, pikun adalah kondisi yang wajar yang biasa dialami, meski ada juga kepikunan yang terjadi karena penyakit yang merusak jaringan otak seperti Alzheimer.

Kepikunan bisa menggejala secara ringan saja seperti lupa dimana meletakkan barang, lupa nama seseorang dan sebagainya.

Namun pada pikun yang parah, penderita bisa tidak mengenali siapa dirinya, keluarganya dan lingkungannya sehingga sangat tergantung pada orang lain. Ini biasanya terjadi pada kepikunan yang disebabkan penyakit baik penyakit Alzheimer atau penyakit atheroskelerosis (sumbatan pada pembuluh darah).

Merangsang Otak

Berbeda dengan mesin yang jika semakin sering digunakan maka mesin tersebut akan semakin cepat ‘aus’, maka pada otak justru berlaku kebalikannya.

Semakin tua seseorang, otaknya memang akan mengalami berbagai perubahan struktur maupun kimiawi yang khas sehingga fungsi maksimalnya menurun, tetapi tingkat ‘keausan’ otak justru bisa diperlambat bila otak semakin banyak dan sering digunakan.

Begitu pula penerapan pola hidup sehat dengan berolah raga yang cukup dan mengkonsumsi menu yang seimbang serta jauh dari rokok, alkohol dan zat-zat terlarang, akan turut membantu memaksimalkan fungsi otak untuk waktu yang lebih lama.

Jadi, terus belajar dan banyak melakukan aktivitas yang bermanfaat merupakan kunci stimulasi terhadap otak, karena dari stimulasi inilah sel-sel syaraf otak terus dirangsang untuk hidup, aktif dan berkembang. Dengan terus menstimulasi otak, kemungkinan terjadinya sumbatan, lesi (luka), bahkan luruhnya sel-sel otak (yang biasa terjadi pada sel-sel yang lama tidak digunakan) bisa diminimalkan.

Fungsi otak dapat dirinci dan dipilah-pilah. Fungsi otak belahan kiri berpusat pada urusan kemampuan baca-hitung tulis yang logis analitis. Sementara otak belahan kanan berperan pada urusan pemantauan dan perlindungan diri terhadap lingku-ngan, sosialisasi, spiritual, musik, kesenian, pribahasa dan emosi.

Aktivitas dua belahan ini dikordinasi secara fisiologis melalui serabut syaraf yang berfungsi menjadi jembatan komunikasi antara kedua belahan otak.

Jembatan ini memungkinkan orang menggunakan kedua belahan otak secara bergantian maupun komp-lementer. Dan semakin banyak aktivitas yang merang-sang sel-sel syaraf otak kiri dan kanan, juga merangsang ‘hidupnya’ jembatan syaraf sehingga membuat penggunaan otak secara keseluruhan menjadi semakin maksimal dan kepikunan pun dapat diperlambat.
Hanya 20 persen

Sepanjang umur, umumnya manusia hanya meng-gunakan tak lebih 20 persen dari kemampuan otaknya. Sebanyak 80 persen lagi hilang dan luruh seiring tak termanfaatkannya sel-sel otak sejak masa balita. Namun dalam memanfaatkan yang 20 persen ini pun tidak banyak orang yang bisa mencapai taraf maksimal, terbukti dari terdapatnya jutaan orang yang mengalami kepikunan di dunia ini.

Di Indonesia, hingga saat ini diketahui ada sekitar 15 juta jiwa penduduk usia manula dan 15 persen diantaranya mengalami kepikunan.

Umumnya, fungsi otak belahan kanan memang lebih cepat menurun. Daya ingat visual yang menurun membuat orangtua mudah lupa wajah orang, sulit berkonsentrasi dan cepat beralih perhatian. Selain itu, juga terjadi kelambanan pada tugas motorik sederhana seperti berjalan, berlari, membuka dan menutup telapak tangan dan banyak lagi.

Stimulasi untuk meningkatkan kemampuan otak belahan kanan perlu diberikan porsi yang memadai, berupa latihan atau permainan yang prosedurnya membutuhkan konsentrasi atau memori visual termasuk melakukan aktivitas seperti banyak bergaul, bersilaturrahmi, aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya.

Sementara fungsi otak kiri bisa dimaksimalkan dengan melakukan aktivitas-aktivitas rutin secara kontinyu, seperti membaca Al-Qur’an, menulis buku harian, membaca buku bahkan sekedar melakukan kegiatan-kegiatan rutin rumah tangga seperti memasak, membetulkan pagar dan sebagainya.
Penyakit Alzheimer

Berikut ini adalah sepuluh gejala dini penyakit Alzheimer yang harus diwaspadai. Siapa tahu gejala-gejala tersebut telah menghinggapi diri kita.

1. Gangguan daya ingat: lupa janji, lupa nama orang, lupa teman, tidak dapat mengingat kejadian baru atau pembicaraan.
2. Kesulitan melakukan aktivitas/pekerjaan sehari-hari.
3. Kesulitan berbahasa: sulit menemukan kata yang tepat, sulit mengerti pembicaraan.
4. Disorientasi waktu dan tempat, tidak mengenal tanggal, bulan, tahun dan lingkungannya.
5. Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan yang menurun; gangguan penilaian sosial dan penampilan diri yang jelek.
6. Kesulitan berpikir abstrak, kesulitan perhitungan sederhana, membaca kalender, mengurus buku cek atau giro bank.
7. Lupa dan salah meletakkan barang.
8. Perubahan alam perasaan atau prilaku, mudah sedih, gelisah, curiga dan agresif.
9. Perubahan kepribadian, apatis, kurang spontanitas, menarik diri dari interaksi sosial.
10. Hilangnya inisiatif dan minat, mulai mening-galkan hobi/kesenangan yang sebelumnya diminati.

Mencegah pikun

Setidaknya ada tiga jalan yang bisa dilakukan sejak usia muda untuk memperlambat atau mencegah datangnya pikun. Pertama, ingat prinsip: “belajar selama hayat dikandung badan.” Artinya, jangan pernah berhenti belajar.

Teruslah rangsang atau stimulasi otak kita dengan cara banyak membaca, menulis dan kegiatan-kegiatan yang memanfaatkan aktivitas otak, misalnya menghapal, adalah resep mujarab meng-hindari pikun.

Seandainya anda kini merasa membutuhkan upaya yang jauh lebih keras untuk memahami isi bacaan dibanding sekian tahun yang lalu, jangan sedih. Upaya tersebut bagaimanapun jauh lebih baik daripada membiarkan otak menganggur.

Kedua, aktiflah bermasyarakat. Membina hubungan dengan orang lain merupakan satu upaya untuk tetap memfungsikan otak kanan. Segala aktivitas bisa dilakoni baik aktivitas yang bersifat ‘mengambil’ peran maupun ‘memberi’ peran.

Ketiga, jalani hidup sehat. Selalu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang, tidak merokok, tidak meminum minuman keras, serta rutin berolah raga adalah modal utama kita dalam memasuki masa tua dengan penuh manfaat dan jauh dari kepikunan. ***

One Reply to “Mencegah Pikun Sejak Dini”

Comments are closed.

RSS
Follow by Email
Facebook
Twitter
Visit Us
Follow Me
INSTAGRAM